Tuesday, October 29, 2019

MENU MENGENAL DIRI MENGENAL ALLAH

Menu-menu Istimewa di Cafe Sufi yang akan memberikan cita rasa mengenal diri dan mengenal Allah. Silakan santap dan nikmati.

MENU MENGENAL DIRI

Di Cafe Sufi, sudah banyak orang berduyun-duyun dengan wajah-wajah beragama, dari mereka yang stress sampai mereka yang kelihatan sumringah, menanti menu apa yang bakal disuguhkan hari ini.
Rupanya di gerbang Cafe itu, terpambang “Menu Istemewa hari ini”. Mereka berkemrumun mebacanya, ingin segera berebut hidangannya. Siapa pun dari mereka merasa belum kenal dirinya sendiri, lalu mereka segera memesan “Menu Mengenal Diri “.
Sajiannya adalah sejumlah menu yang disiapkan dengan bumu-bumbu yang beraroma ma’rifatullah. Karenaa Allah  Swt, menjadikan  sebab kema’rifatan hamba kepada Tuhannya, melalui pengenalan hamba pada dirinya, “Siapa yang mengenal dirinya maka ia mengenal Tuhannya.”
Maknanya, bumbunya disiapkan oleh kokinya:
Sang koki mengajak sebelum mencicipi masakan ma’rifat ini, agar mereka mengenal dirinya dengan wujud kehambaannya, karena dengan demikian  maka ia mengenal Tuhannya dengan RububiyahNya.
Siapa mengenal dirinya dengan fananya, maka dia mengenal Tuhannya dengan Baqa’Nya.
Siapa yang mengenal dirinya dengan kehampaan dan serba salahlnya, maka ia mengenal Tuhannya dengan keselarasan dan anugerahNya.
Siapa mengenal dirinya dengan rasa butuhnya, maka dia mengenal Tuhannya dengan menegakkan rasa sangat terdesak untuk menuju hanya kepada dan bagi Allah.

Setelah itu mereka diajak secara berjama’ah untuk mengenal dirinya  hanya bagi Tuhannya, maka sedikit sekali kebutuhan kepada selain Allah.
“Apakah masih ada menu tambahan?” Tanya seorang pelanggan.
“Menu ini, dengan bumbu-bumbunya sudah cukup bagi anda. Bagaimana anda merasa kurang ketika belum mulai memasaknya?” kata koki.

MENU MENGENAL ALLAH

Setelah mereka memasak secara bersamaan menu mengenal diri, mereka pun merasakan dan memakannya dengan kondisi ruhani mereka masing-masing. Semakin banyak memakan sajian itu semakin lapar jiwanya, semakin dahaga batinnya, semakin  ingin dan ingin menabah lagi. Sang koki memberikan arahan agar menuju bilik “Ma’rifatullah”.
Bumbunya disiapkan dengan olahan hidayah dariNya. Ditambah dengan cara mengolahnya penuh semangat menegakkan hak-hak RububiyahNya, lalu dirasakan dengan tasyakkur atas balasanNya.
Sebelum memulai, mereka harus bersama-sama melihat dirinya yang fana penuh kehambaan, lalu mulai dengan raihan:
Siapa mengenal Allah melalui hidayah, maka ia pasti menyerahkan sepenuhnya kepadaNya.
Siapa mengenal Allah melalui RububiyahNya, ia tegak dengan prasyarat Ubudiyah kepadaNya.
Siapa mengenal Allah melalui balasanNya, maka terjadilah rasa mohon pertolongan padaNya.
mengenal Allah melalui kecukupan dariNya, maka ia tidak butuh kepada selain DiriNya
Mereka semakin fana’ ketika mencicipinya, bahkan semakin Baqa’ dalam Baqa’Nya, semakin baqa’ malah semakin fana’. Wallahu A’lam, masing-masing merasakan sesuai dengan kesiapan jiwanya.

MENU YANG DIHINDARI DALAM MENGENAL ALLAH

Usai menikmati menu ma’rifatullah, mereka pulang ke wilayah ruhani masing-masing. Tapi dari manajemen Cafe Sufi memberikan cendera qalbu yang sangat istemewa agar mereka tetap teguh dan istiqomah.
Mereka dapatkan oleh-oleh menu yang tak kalah istemewanya. Karena banyak bumbu yang luar biasa dalam meningkatkan gairah ruhani, dan hal-hal yang harus benar-benar dihindari.
Misalnya, menu ini harus dihindarkan dari campur aduk kepentingan selain Allah azza wa-Jalla, dihindarkan dari kepuasan pada selain Allah Swt, dan dihindarkan dari sisa-sisa kemakhlukan dalam hatinya.
Lalu tertuilislah dalam kenang-kenangan itu:
Siapa yang mengenal Allah, sedang dalam qalbunya ada hasrat selain Allah, berarti tak pernah sujud yang sejati kepada Allah.
Siapa yang mengenal Allah, sedang ia tidak merasa cukup bersama Allah, maka Allah tidak pernah mencukupinya.
Siapa yang berkata, “Allah” namun dalam hatinya masih tersisa selain Allah, sesungguhnya ia tidak pernah berkata “Allah”.
Memang, siapa yang takut kepada Allah dalam segala hal, maka Allah memberikan rasa aman dari ancaman segala hal.
Siapa yang bahagia dengan Tuhannya, maka segala hal selain diriNya tak membuatnya gentar.
Siapa yang mencari kemuliaan kepada Yang Empunya Sifat Mulia, maka ia pun jadi mulia.
Siapa yang mencari kemuliaan selain DiriNya, maka tak ada kebanggaan dan tak ada kemuliaan yang didapatinya.
Siapa yang putus dari sebab akibat dunia yang bisa menyibukkan dari Allah Swt, maka ia akan bertemu dengan segala kesibukan yang menyambungkan dirinya pada Allah Swt.
Siapa yang meninggalkan ikatan ketergantungan pada makhluk, ia akan bahagia dalam seluruh waktunya.
Siapa yang merasakan manisnya dzikir pada Tuhannya, ia akan bosan mengingat selain Allah.
Siapa yang menyembunyikan rahasia hatinya, akan muncul rahasia-rahasia tersembunyi padanya.
Siapa yang menjadikan hasratnya adalah Satu hasrat kepadaNya, maka Allah mencukupi seluruh hasratnya.
Siapa yang mencari ridlo Tuhannya, ia tak akan pernah peduli dengan kebencian selain Allah.
Siapa yang merasa cukup puas dengan maqom (posisi ruhani)nya, ia malah terhijab dari apa yang di depannya (maqom lebih tinggi).
Siapa yang dekat kepada Allah, maka segala hal selain Allah terasa asing.
Siapa yang menghendaki kemuliaan dunia akhirat, hendaknya ia memutuskan diri hanya kepada Sang Pemilik dunia akhirat.
Siapa yang meninggalkan kebaikan menjaga diri, ia akan terpleset dari jalan hidayah.
Siapa yang hendak minum dari Cinta Allah satu tegukan, hendaknya ia juga minum  dengan memuntahkan segala hal selain Allah.
Siapa yang mesra bahagia dengan selain Allah, segalanya membuatnya jadi gentar.
Siapa yang hatinya tenteram pada selain Allah, maka ia tak dapat apa pun dari Allah Swt.
Wuuih, betapa bahagianya mereka pulang ke wilayah semesta dengan oleh-oleh itu. Subhanallah!.

No comments:

Post a Comment